DONYAPOST, Aceh Utara – Udara pagi di Gampong Meunasah Bujok masih terasa sejuk, meski gema takbir telah bergema sejak malam sebelumnya. Di sudut kampung yang sunyi itu, seorang gadis remaja berusia 15 tahun berdiri menyambut tamu istimewa.
Miskiatul Raisya, yatim piatu yang kini duduk di bangku kelas 3 SMP, tak menyangka bahwa Idulfitri kali ini membawa hadiah terbesar dalam hidupnya: sebuah rumah layak huni yang akan segera dibangun untuknya.
Kehadiran Ketua TP-PKK Aceh, Marlina Muzakir, pada Rabu (2/4/2025), bukan sekadar kunjungan formal. Ia datang langsung untuk melihat lokasi rumah yang akan menjadi tempat tinggal baru Raisya—sebuah simbol harapan bagi seorang anak yang telah kehilangan segalanya, namun masih menyimpan semangat yang besar untuk masa depan.
“Saya terharu melihat ketabahan Raisya. Di usianya yang masih begitu muda, ia telah menghadapi ujian hidup yang berat,” kata Marlina, matanya menatap lembut ke arah gadis itu. “Kami ingin memastikan ia memiliki tempat tinggal yang layak, agar bisa menjalani hidupnya dengan lebih baik.”
Raisya memang bukan remaja biasa. Sejak ditinggal pergi kedua orang tuanya, ia hidup bersama kerabatnya dalam keterbatasan. Tapi tak sedikit pun semangat belajarnya padam. Ia tetap pergi ke sekolah dengan tekun, membawa harapan yang dititipkan oleh kedua orang tuanya yang telah tiada.
Bagi Marlina, pemberian rumah ini bukan sekadar bantuan fisik, melainkan bentuk kepedulian yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama. “Momentum Idulfitri ini adalah waktu yang tepat untuk berbagi dan peduli,” ujarnya.
“Kita ingin memastikan tidak ada anak-anak kita yang merasa sendirian atau terabaikan.”
Gampong Meunasah Bujok sendiri adalah wilayah yang sarat makna. Dulu, kawasan ini menjadi saksi bisu dari konflik panjang. Kini, ia perlahan bangkit, meski tantangan kemiskinan masih membayangi.
Kunjungan Marlina juga menjadi ajang silaturahmi, memperkuat semangat gotong royong di tengah masyarakat yang terus berjuang memperbaiki nasib.
Raisya, yang selama ini terbiasa menahan air mata, kali ini membiarkannya jatuh. “Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas perhatian yang diberikan,” ujarnya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh haru.
Rumah itu belum berdiri. Namun harapan sudah tumbuh tinggi di hati Raisya. Di balik dinding sederhana yang akan segera dibangun, tersimpan mimpi besar seorang anak Aceh: hidup layak, pendidikan yang terus berlanjut, dan masa depan yang penuh cahaya.