DONYAPOST, Banda Aceh – Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh mendorong RSUD Meuraxa untuk segera melakukan digitalisasi layanan demi menjawab tantangan efisiensi dan kenyamanan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Hal ini disampaikan dalam inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan pada Rabu (7/5/2025) oleh Ketua Komisi IV Farid Nyak Umar bersama sejumlah anggota.
Dalam kunjungan ke berbagai ruang pelayanan seperti IGD, ruang rawat inap, dan poli rawat jalan, para wakil rakyat tidak hanya melihat fasilitas secara fisik, tapi juga mengevaluasi sistem kerja yang masih banyak mengandalkan proses manual, terutama pada sistem antrean pasien.
“Salah satu keluhan yang terus berulang adalah lamanya waktu tunggu di poli-poli tertentu seperti Poli Saraf dan Penyakit Dalam. Ini perlu disikapi dengan serius, salah satunya dengan digitalisasi sistem antrean,” ujar Farid Nyak Umar.
Ia menambahkan bahwa sebagai rumah sakit tipe B yang melayani pasien dari Banda Aceh dan kabupaten sekitar, RSUD Meuraxa perlu mengadopsi teknologi untuk meningkatkan kualitas layanan.
Farid menekankan pentingnya membangun aplikasi yang memudahkan pasien dalam proses registrasi, pengecekan jadwal dokter, dan pemantauan antrian secara real-time. “Dengan aplikasi berbasis IT, masyarakat tidak perlu lagi antre berjam-jam. Ini soal kenyamanan dan efisiensi,” tambahnya.
Dorongan digitalisasi ini sejalan dengan semangat reformasi pelayanan publik yang sedang digencarkan oleh pemerintah kota melalui program 100 hari kerja wali kota. Farid menyebut, layanan kesehatan sebagai kebutuhan dasar masyarakat harus menjadi prioritas dalam transformasi digital pemerintah.
Pihak RSUD Meuraxa menyambut baik usulan tersebut. Plt Direktur RSUD Meuraxa, M. Nurdin, menyatakan bahwa digitalisasi sudah menjadi agenda jangka menengah rumah sakit.
“Kami sedang merancang pengembangan sistem informasi rumah sakit yang lebih terintegrasi. Masukan dari DPRK sangat mendorong kami untuk mempercepat proses ini,” katanya.
Meski demikian, tantangan teknis seperti infrastruktur jaringan dan kesiapan SDM menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Karena itu, menurut Nurdin, dukungan dari DPRK dan Pemko Banda Aceh sangat dibutuhkan, baik dari sisi regulasi maupun anggaran.
Kunjungan ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas layanan kesehatan tidak hanya soal menambah ruang rawat atau alat medis, tetapi juga menyangkut kecepatan dan kenyamanan pelayanan yang kini dituntut serba digital oleh masyarakat.
RSUD Meuraxa diharapkan bisa menjadi pelopor transformasi layanan rumah sakit publik di Aceh melalui pemanfaatan teknologi secara menyeluruh.[]