Indeks

Kapitalisasi Bitcoin CS Susut 1 Triliun Dolar AS, Imbas Tarif Impor Trump?

DONYAPOST — Perdagangan pasar kripto dilaporkan amblas, terjun ke zona merah setelah Presiden Amerika Serikat (AS) memberlakukan kebijakan tarif impor ke 180 negara di berbagai belahan dunia.

Tarif yang diumumkan pada tanggal 2 April, mendorong tarif impor Amerika Serikat ke tingkat tertinggi sejak era Undang-Undang Smoot-Hawley pada tahun 1930-an.

Trump berdalih negara-negara lain telah memperlakukan AS “dengan buruk” karena mengenakan tarif yang tidak proporsional pada impor AS yang ia sebut sebagai “kecurangan”.

Sebagai balasannya Trump mengenakan tarif kepada negara-negara lain “kira-kira setengah” dari tarif yang mereka kenakan kepada AS.

Besarnya tarif yang dikenakan pada produk-produk impor, terutama dari Tiongkok, menyebabkan ketegangan perdagangan internasional yang menciptakan gangguan perekonomian.

Ketidakpastian ini juga membuat investor lebih berhati-hati dan cenderung menjual aset yang dianggap lebih berisiko, termasuk mata uang kripto. Alasan itu yang mendorong pasar kripto anjlok pada perdagangan Selasa (8/4/2025).

Mengutip laporan Fortune, dalam 24 jam terakhir, Bitcoin sempat menyentuh level terendah di kisaran 74.700 dolar AS, menghapus seluruh harga pasca kemenangan Trump di pemilu 2024.

Tak hanya Bitcoin, sejumlah aset kripto unggulan juga dilaporkan merosot pada perdagangan hari ini, seperti reli Ethereum yang amblas 10 persen. Sementara XRP terseret turun 9 persen dan Solana turun sebanyak 7 persen.

Akibatnya, kapitalisasi pasar kripto global menyusut sebesar 1 triliun dolar AS, atau setara penurunan 25,9 persen dari puncaknya pada Januari 2025.

Gelombang komunikasi sebelumnya telah tercermin dalam sentimen lembaga keuangan besar. Menurut Survei Manajer Dana Global Bank of America, hanya 3 persen manajer investasi yang saat ini memilih Bitcoin dalam konteks perang dagang, dibandingkan 58 persen yang memilih emas sebagai aset perlindungan nilai utama.

Meski saat ini pasar kripto tengah terjun ke zona merah, namun sejumlah analis tampaknya merasa tetap optimis.

Dikutip dari Decrypt, Head of Research Bitwise, Ryan Rasmussen, menyatakan bahwa target harga Bitcoin di level US$200.000 pada akhir 2025 tetap tidak berubah.

Lebih lanjut, Rasmussen menegaskan bahwa, jika dilihat sejak 5 November 2024, Bitcoin telah mengungkuli berbagai aset besar lainnya, termasuk emas, indeks S&P 500, dan Nasdaq. Penurunan saat ini dinilai lebih banyak dipengaruhi sentimen jangka pendek dibandingkan faktor fundamental.

Komentar serupa juga diungkapkan Cosmo Jiang, General Partner di Pantera Capital, ia menegaskan aset digital yang dianggap berisiko memang menjadi yang pertama terkena koreksi, namun juga berpotensi jadi yang pertama memimpin pemulihan.

Menurutnya tarif hanyalah alat negosiasi dari Presiden Trump yang bisa segera dicabut jika tujuan politiknya tercapai.

Optimisme juga disampaikan oleh Zach Pandl dari Grayscale. Ia memperkirakan bahwa beberapa tarif akan dilonggarkan dan The Fed tetap berada di jalur untuk memangkas suku bunga tahun ini.

Jika pengumuman tarif berlangsung secara bertahap dan tidak terlalu agresif, maka pasar berpotensi mengalami reli dalam waktu dekat.

Sementara itu, Standard Chartered tetap pada proyeksinya bahwa Bitcoin bisa menembus 200.000 dolar AS pada akhir tahun 2025.

Komentar ini dilontarkan bukan tanpa alasan, pasalnya analis bank tersebut melihat potensi Bitcoin sebagai aset moneter global yang akan semakin diperkuat oleh melemahnya dominasi dolar akibat ketegangan perdagangan dan pergeseran kebijakan global.

Exit mobile version