Anggaran PSSI Meningkat, Potensi Korupsi Menguat?

Ramadhan Al-Faruq

Oleh : Ramadhan Al-Faruq

“Gak papa miskin, gak papa korupsi, yang penting timnas tembus Piala Dunia”

Demikianlah barangkali kalimat yang cocok untuk menggambarkan betapa prestasi timnas Indonesia yang telah mampu membius publik untuk melupakan persoalan kemiskinan dan juga persoalan korupsi yang terus menggerogoti bangsa Indonesia.

Tahun ini PSSI dengan segala prestasinya mendapatkan tambahan anggaran yang cukup fantastis dari pemerintah. Di satu sisi peningkatan anggaran PSSI dari Rp 150 miliar menjadi Rp 227 miliar pada tahun 2025 harus disyukuri, hal ini merupakan langkah yang seharusnya mendukung kemajuan sepakbola nasional.

Dana besar ini memberikan peluang untuk membangun infrastruktur, meningkatkan kualitas liga domestik, dan memperkuat tim nasional. Namun, di sisi lain tentu ada kekhawatiran yang tidak bisa diabaikan, bagaimana memastikan transparansi dan mencegah potensi korupsi dalam pengelolaan dana tersebut, khususnya dalam program naturalisasi dan manipulasi sosial yang menyertai euforia prestasi tim nasional?

Potensi Korupsi dalam Proses Naturalisasi

Program naturalisasi yang bertujuan memperkuat tim nasional adalah salah satu fokus utama dalam pembangunan sepakbola. Namun, proses ini melibatkan dana besar, mulai dari biaya administrasi, kontrak pemain, hingga tunjangan dan bonus. Sayangnya, kurangnya transparansi dalam alokasi dana naturalisasi membuat hal tersebut layak dipertanyakan.

Kasus serupa di negara lain menunjukkan bahwa proses naturalisasi rentan terhadap penggelembungan anggaran. Selain itu, tanpa pengawasan yang ketat, bisa saja dana publik yang dialokasikan untuk pemain asing ini justru bocor ke oknum tertentu melalui praktik manipulasi kontrak atau pembayaran fiktif.

Misalnya, apakah pengelolaan dana tersebut benar-benar efisien dan berdampak pada pembinaan pemain lokal, atau hanya menjadi pembenaran untuk membelanjakan anggaran secara tidak transparan? Pertanyaan ini harus menjadi perhatian, terutama ketika euforia prestasi tim nasional sering dijadikan alasan untuk menutupi celah dalam pengelolaan dana.

Prestasi sebagai Alat Manipulasi Sosial

Prestasi tim nasional yang berhasil menembus putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia adalah pencapaian yang patut diapresiasi. Namun, di sisi lain, euforia ini sering dimanfaatkan untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah mendasar seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, dan korupsi.

Dalam konteks ini, sepakbola bukan lagi hanya olahraga, tetapi juga alat manipulasi sosial. Ketika masyarakat disibukkan oleh keberhasilan tim nasional, kasus-kasus besar seperti korupsi di sektor lain atau pengelolaan dana publik yang tidak transparan sering kali luput dari sorotan. Ini menciptakan paradoks: sepakbola yang seharusnya menjadi simbol harapan justru bisa menjadi alat pengalihan untuk menutupi kegagalan pemerintah dalam menangani isu sosial yang lebih mendesak.

Ada beberapa alasan yang bisa menjustifikasi kecurigaan publik terhadap pengelolaan anggaran yang begitu besar di tubuh PSSI, misalnya soal minimnya transparansi dalam proses naturalisasi. Hal ini dikarenakan proses naturalisasi yang sedang trend tersebut sering kali dilakukan tanpa melibatkan publik dalam pengawasan.

Data terkait biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan pemain “asing” jarang dipublikasikan secara rinci. Hal ini membuka ruang untuk penyalahgunaan anggaran.

Selain itu juga soal prioritas yang salah, ketika sebagian besar anggaran sepakbola diarahkan untuk naturalisasi pemain asing, potensi pengembangan pemain lokal menjadi terabaikan.

Ironisnya, di tengah euforia sepakbola, masalah kesejahteraan masyarakat seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan ekonomi sering kali tidak mendapat perhatian serius.

Prestasi timnas tersebut harus diakui telah mampu memanipulasi Opini Publik, dalam konteks ini euforia atas prestasi tim nasional bisa saja digunakan sebagai alat untuk mengendalikan opini publik. Sebagai contoh, di tengah suasana gaduh politik atau terbongkarnya skandal korupsi, perhatian masyarakat dialihkan dengan keberhasilan timnas.

Langkah Antisipatif untuk Mencegah Korupsi

Ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi penyelengan anggaran publik di dunia sepakbola tersebut.

Misalnya, perlu adanya sudit khusus untuk program naturalisasi. Setiap dana yang digunakan dalam proses naturalisasi harus diaudit secara transparan oleh lembaga independen. Pemerintah perlu mempublikasikan rincian biaya yang dikeluarkan untuk setiap pemain yang dinaturalisasi.

Selain itu Keterlibatan Publik dan Media juga sangat penting. Masyarakat dan media harus diberdayakan untuk memantau penggunaan dana publik dalam sepakbola, termasuk program-program yang rentan terhadap manipulasi, seperti naturalisasi.

Langkah selanjutnya adalah penguatan regulasi, pemerintah dan PSSI harus menetapkan regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan anggaran sepakbola, memastikan dana digunakan untuk pengembangan pemain lokal, infrastruktur, dan kompetisi domestik.

Hal terakhir yang tidak kalah penting yaitu memastikan terjadinya peningkatan akuntabilitas dari wakt ke waktu. Euforia prestasi tim nasional tidak boleh menjadi tameng untuk menghindari pertanggungjawaban. Prestasi sepakbola harus berdampak langsung pada pembangunan masyarakat, bukan hanya menjadi alat manipulasi sosial.

Membangun Sepakbola yang Berintegritas

Sepakbola memiliki potensi besar untuk menyatukan masyarakat dan membangun identitas bangsa. Namun, tanpa pengelolaan yang transparan dan akuntabel, anggaran besar hanya akan menjadi sumber masalah baru. PSSI dan pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa dana publik digunakan dengan benar, bukan hanya untuk mengejar prestasi instan, tetapi juga untuk membangun fondasi sepakbola yang berkelanjutan dan berintegritas.

Dengan langkah pengawasan yang tepat, prestasi tim nasional bisa menjadi cerminan keberhasilan yang sebenarnya, bukan sekadar alat manipulasi atau pengalihan isu. Sepakbola harus menjadi simbol harapan yang jujur, bukan arena bagi praktik-praktik korupsi yang merusak.

Semoga moncernya prestasi timnas tidak membuat kita lupa akan bahaya laten korupsi yang terus menggerayangi dan mengancam kita di setiap titik aliran dana publik sehingga tujuan bernegara untuk mensejahterakan rakyat tidak tergantikan hanya dengan prestasi “semu” sepakbola.

Penulis adalah fans sepak bola dari Banda Aceh