Berita  

Rektor UIN Ar-Raniry Soroti Tiga Pilar Bangsa yang Terancam Runtuh

DONYAPOST, Banda Aceh  — Wakil Ketua Dewan Penasehat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Aceh Prof Dr Mujiburrahman menyoroti ancaman terhadap tiga pilar utama yang menopang peradaban yakni keluarga, pendidikan, serta keteladanan tokoh dan rohaniawan.

Ia mengingatkan, jika ketiga aspek ini melemah, kebangkitan bangsa akan semakin sulit. Hal itu disampaikannya dalam acara konsolidasi dan buka puasa bersama ISNU Aceh di Gedung Landmark BSI Banda Aceh, Rabu, (12/3/2025).

Acara ini turut dihadiri Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Zahrol Fajri yang mewakili Wakil Gubernur Aceh, Ketua PWNU Aceh Tgk H Faisal Ali serta sejumlah tokoh dari pemerintah dan organisasi keagamaan.

Mujiburrahman, yang juga Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh mengutip pemikiran Jared Diamond yang menyebut bahwa kehancuran suatu bangsa bermula dari melemahnya tiga pilar tersebut.

Ia menegaskan bahwa melemahkan tatanan keluarga dapat dilakukan dengan mengikis peran ibu dalam rumah tangga, sehingga mereka lebih sibuk dengan dunia luar dan menyerahkan pengasuhan anak sepenuhnya kepada pihak lain.

Sementara itu, pendidikan dapat dirusak dengan mengabaikan peran guru, mengurangi penghargaan terhadap mereka serta membebani mereka dengan tugas administratif yang berlebihan, sehingga mereka tidak dapat sepenuhnya fokus pada tanggung jawab utama sebagai pendidik.

Selain itu, hilangnya keteladanan dari para tokoh dan rohaniawan juga menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Ketika mereka terjebak dalam politik praktis yang hanya berorientasi pada materi dan jabatan, maka tidak ada lagi sosok yang dapat dipercaya dan dijadikan panutan oleh masyarakat.

“Bangunan fisik dapat dibangun kembali, tetapi jika moral, spiritual, dan karakter suatu bangsa telah hancur, maka kebangkitan akan jauh lebih sulit,” katanya.

Acara yang juga menjadi ajang konsolidasi organisasi ini dirangkaikan dengan santunan kepada 50 anak yatim serta penyerahan wakaf Al-Qur’an untuk PC ISNU Kepulauan dan Perbatasan Aceh, termasuk Simeulue, Aceh Singkil, dan Subulussalam.

Ketua PWNU Aceh, Tgk H Faisal Ali dalam tausiah Ramadan menegaskan bahwa ISNU harus hadir sebagai garda intelektual yang mampu merespons berbagai isu, termasuk dalam bidang ekonomi syariah.

Sementara itu, Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, Zahrol Fajri, berharap ISNU terus bersinergi dengan berbagai pihak demi memperkuat pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

“ISNU harus menjadi kekuatan intelektual yang menghasilkan kajian strategis dan bermanfaat bagi kebijakan publik,” ujar Zahrol.

Selain itu, ISNU Aceh juga meluncurkan kaos resmi organisasi sebagai bagian dari upaya memperkuat identitas kelembagaan dan membangun solidaritas di antara para anggotanya. [ ]