DONYAPOST, Banda Aceh – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh berharap cabang olahraga soft tenis terus berkembang di seluruh daerah di Aceh dan mampu meningkatkan prestasi pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXII tahun 2028 yang akan digelar di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Harapan tersebut disampaikan Sekretaris Umum KONI Aceh, Samsul Bahri, saat membuka Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) Pengurus Provinsi Persatuan Soft Tenis Indonesia (Pengprov Pesti) Aceh di ruang rapat KONI Aceh, Kompleks Stadion Harapan Bangsa, Jumat (25/7/2025).
“Soft tenis masuk dalam ring satu KONI Aceh karena telah membuktikan diri sebagai cabang olahraga prestasi. Pada PON XXI Aceh-Sumut 2024, kita berhasil meraih satu medali emas,” ujar Samsul yang mewakili Plt Ketua Umum KONI Aceh, Tgk. Anwar.
Ia mengapresiasi perkembangan Pesti Aceh yang dalam waktu hanya tujuh tahun sejak dibentuk telah berhasil menunjukkan prestasi di level nasional. Samsul juga menegaskan bahwa struktur organisasi soft tenis di kabupaten/kota sudah terbentuk dan perlu terus diperluas.
“Kami berharap Pesti bisa menambah perolehan medali menjadi dua atau tiga emas pada PON 2028. Saya juga akan berupaya agar soft tenis bisa resmi dipertandingkan di PON NTB-NTT mendatang,” tegasnya.
Menurutnya, langkah tersebut perlu didukung komunikasi intensif antara Pengprov Pesti Aceh dengan Pengurus Besar Pesti dan KONI Pusat, termasuk dalam forum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) KONI.
Samsul juga berharap Rakerprov ini dapat menghasilkan program kerja yang berdampak langsung terhadap pengembangan soft tenis di Aceh, baik dari sisi pembinaan, kompetisi, hingga promosi olahraga.
Sementara itu, Ketua Umum Pengprov Pesti Aceh, Heri Laksana, menyatakan bahwa pelaksanaan Rakerprov merupakan bagian dari amanah organisasi untuk dilaksanakan setiap tahun.
“Banyak hal strategis yang kami bahas, termasuk perencanaan kejuaraan nasional, internasional, dan Kejuaraan Provinsi (Kejurprov),” kata Heri.
Ia turut menegaskan bahwa prestasi medali emas di PON 2024 adalah bukti bahwa Aceh mampu bersaing meski usia soft tenis di daerah ini masih tergolong muda. “Tujuh tahun bukan waktu yang lama, tapi sudah menunjukkan hasil yang membanggakan,” ujarnya. []