Berita  

Rektor Desak Pemerintah Naikkan Status Bencana Aceh Jadi Nasional

Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Mujiburrahman

DONYAPOST, Banda Aceh — Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh resmi menghentikan seluruh kegiatan perkuliahan selama masa tanggap darurat bencana. Kebijakan libur kuliah tertuang dalam Surat Edaran Rektor dan berlaku 1–6 Desember 2025.

Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Mujiburrahman MAg, mendesak pemerintah pusat segera menaikkan status bencana Aceh menjadi bencana nasional, menyusul kerusakan masif dan korban jiwa yang terus meningkat.

“Pemerintah harus segera menetapkan status darurat nasional. Kerusakan sangat parah dan sejumlah wilayah terisolasi,” tegasnya, Senin (1/12/2025).

Menurut Mujiburrahman, parameter penetapan status bencana nasional telah jelas terpenuhi. Dengan peningkatan status, pemerintah dapat menggerakkan dukungan personel, peralatan, dan anggaran secara lebih maksimal.

Berdasarkan data BNPB per 1 Desember 2025 pukul 14.30 WIB, banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah mengakibatkan: 502 orang meninggal dunia, 2.500 luka-luka, 508 hilang, 552.000 jiwa mengungsi, 3.300 rumah rusak berat.

Bencana terjadi di 46 kabupaten/kota; untuk Aceh sendiri tercatat: 18 kabupaten/kota, 226 kecamatan, dan 3.310 gampong terdampak. Korban luka ringan akibat bencana longsor dan banjir berjumlah 1.435 orang, luka berat 403 orang, meninggal dunia 173 orang, dan 204 lainnya masih hilang. Lalu, pengungsian tersebar di 828 titik dengan 97.305 KK.

Rektor mengungkapkan hampir 2.000 mahasiswa UIN Ar-Raniry terdampak langsung bencana yang terjadi selama enam hari terakhir. Banyak dari mereka belum dapat berkomunikasi dengan keluarga akibat akses yang terputus.

Dalam pertemuan dengan pimpinan BTN Syariah dan Bank Syariah Nasional, ia menjelaskan kampus telah membuka Posko Darurat dan menyalurkan bantuan dasar. “Sejak dua hari lalu kami sudah melaporkan kondisi ini kepada Menteri Agama. Posko tanggap darurat juga telah beroperasi,” ujarnya.

Mahasiswa terdampak berasal dari setidaknya 18 kabupaten/kota, mulai dari Aceh Tamiang, Aceh Tengah, Gayo Lues, Langsa, Lhokseumawe, hingga Pidie Jaya.

Menurut Rektor, kondisi ekonomi mahasiswa menurun drastis. “Mereka kehabisan uang karena terjebak di Banda Aceh selama bencana,” katanya.

UIN Ar-Raniry telah menyalurkan Rp170 juta kepada mahasiswa terdampak. Bantuan diberikan berupa uang tunai Rp200 ribu per orang.
Hingga kemarin, 1.081 mahasiswa telah diverifikasi, dan pendataan masih berlangsung.

Selain mahasiswa Aceh, mahasiswa asal Sumut dan Sumbar juga terdampak karena keluarga mereka berada di zona bencana.

Rektor menilai dampak kemanusiaan bencana ini dapat memicu gelombang kemiskinan baru di Aceh. Kampus sedang mempertimbangkan skema jangka panjang, termasuk pembebasan atau keringanan UKT dan bantuan akomodasi.

Untuk menjaga stabilitas psikologis mahasiswa, kampus tetap membuka perpustakaan sebagai ruang belajar, tempat pengisian daya, dan akses internet.

Dukungan eksternal mulai mengalir. Bank Syariah Indonesia (BSI) menyerahkan Rp100 juta melalui CEO BSI, Anggoro Eko Cahyo, pada Minggu (30/11). Llau, Bank BTN menyalurkan Rp200 juta pada Senin (1/12) melalui Direktur Consumer Banking Hirwandi Gafar, didampingi Direktur Utama Bank Syariah Nasional Alex Sofyan Noor.

Rektor mengapresiasi kolaborasi ini dan berharap pemerintah pusat segera merespons skala bencana yang semakin luas.

Ketua Islamic Trust Fund (ITF) UIN Ar-Raniry, Prof Muhammad Yasir Yusuf, memastikan seluruh dana tersalurkan tepat sasaran. “Dana tanggap darurat ini segera kami distribusikan agar mahasiswa bisa melanjutkan kuliah tanpa terkendala finansial akibat bencana,” ujarnya.

Data penerima bantuan terus diperbarui. Hingga hari ini, 3.328 mahasiswa telah melapor ke Posko Ar-Raniry Peduli dan sedang dalam proses verifikasi.