DONYAPOST, Banda Aceh — Di tengah meningkatnya krisis air bersih dan persoalan pencemaran lingkungan di Indonesia, sekelompok mahasiswa Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala (USK) menghadirkan terobosan kreatif yang memadukan kepedulian lingkungan, teknologi, dan nilai ekonomi sirkular.
Inovasi tersebut dinamai CASCAREV (Cascara Revolution), sebuah teknologi pemurnian air berbasis membran yang dimodifikasi dengan bahan alami dari limbah kulit kopi kering atau cascara.
Tim CASCAREV diketuai oleh Mauziki, dengan anggota Zahra Triani Ilyas, Meutya Shahira, Said Habiburrahman, dan Surya Andika, mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik USK. Mereka dibimbing oleh Prof. Dr. Nasrul, ST., MT.
Menurut Mauziki, ide CASCAREV lahir saat tim mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta. “Kami ingin menghasilkan riset yang tidak hanya menarik secara ilmiah, tapi juga memberi dampak nyata bagi masyarakat,” ujarnya kepada donyapost, Kamis (16/10/2025).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat pencemaran air di Indonesia meningkat lebih dari 300 poin dalam tiga tahun terakhir. Kondisi ini menjadi pemicu lahirnya ide untuk mengembangkan membran Polyethersulfone (PES) yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Namun, membran PES konvensional sering mengalami penyumbatan (fouling) dan kurang memiliki sifat antibakteri. Solusinya muncul ketika salah satu anggota tim yang berasal dari Takengon mengusulkan penggunaan limbah cascara, bahan kaya polifenol dan pektin yang bersifat antioksidan, antibakteri, dan hidrofilik.
“Dari sinilah kami berupaya mengubah limbah kopi menjadi material bernilai tinggi untuk teknologi pemurnian air,” jelas Mauziki.
Hasilnya, membran PES yang dimodifikasi dengan ekstrak cascara mampu menurunkan koloni bakteri hingga 85%, lebih tahan terhadap penyumbatan, dan lebih efisien dalam proses filtrasi. Tim menargetkan fluks minimal 50 L/m² per jam dengan tingkat rejeksi polutan mencapai 80%.
Penelitian dilakukan selama empat bulan di Laboratorium Polimer USK, mulai dari persiapan cascara, ekstraksi pektin dan polifenol, hingga pembuatan membran menggunakan teknik phase inversion. Uji performa dilakukan dengan metode filtrasi dan analisis aktivitas antibakteri.
CASCAREV tidak hanya menjawab tantangan penyediaan air bersih, tetapi juga mengurangi limbah pertanian yang berpotensi mencemari lingkungan. Inovasi ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular serta mendukung SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi) dan SDG 9 (Inovasi dan Infrastruktur).
“Dengan mengandalkan bahan lokal, kami berharap CASCAREV bisa mengurangi ketergantungan pada teknologi impor sekaligus membuka peluang komersialisasi di masa depan,” pungkas Mauziki.
Langkah berikutnya, tim berencana menguji kinerja membran dalam skala lebih besar melalui kerja sama dengan industri dan uji lapangan di berbagai sumber air tercemar, demi air bersih yang lebih mudah dijangkau masyarakat. []