Maulid, Tradisi Islam yang Menyatu dengan Kehidupan Warga

DONYAPOST, Pidie – Sejak pagi, Gampong Meunasah Kayee Jatoe di Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie, sudah ramai. Lantunan shalawat menggema dari pengeras suara meunasah, berpadu dengan aroma masakan kenduri yang mengepul dari dapur-dapur warga.

Anak-anak berlarian riang, sementara orang tua bersiap menyambut tamu kehormatan yang datang: Wakil Gubernur Aceh. Kehadiran orang nomor dua di Aceh itu disambut hangat.

Tanpa protokol berlebihan, ia menyalami warga satu per satu, lalu ikut duduk bersila di tikar pandan, berbaur dengan masyarakat dalam hidangan kenduri maulid. Momen itu menghadirkan suasana sederhana sekaligus penuh kekeluargaan.

Dalam sambutannya, Wakil Gubernur menegaskan bahwa Maulid Nabi tidak boleh sekadar dipandang sebagai acara seremonial. “Maulid Nabi adalah momentum untuk meneladani akhlak Rasulullah. Nilai kasih sayang, kepedulian sosial, dan persatuan harus terus kita jaga di tengah masyarakat,” ujarnya, disambut anggukan warga.

Ia juga mengapresiasi masyarakat Pidie yang masih teguh melestarikan tradisi maulid dengan semangat kebersamaan. Menurutnya, perayaan ini adalah bukti nyata betapa Islam dan budaya telah menyatu erat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.

Kesederhanaan Wakil Gubernur turut menjadi sorotan. Ia mendengarkan keluh kesah warga secara langsung, sembari mencicipi hidangan khas maulid: kuah beulangong, gulai daging, hingga nasi gurih yang terhidang bersama pulut manis.

Kehadirannya seolah menegaskan bahwa pemimpin hadir bukan hanya untuk memberi arahan, melainkan juga untuk mendengar.

Tradisi Maulid Nabi di Aceh memang selalu menghadirkan kehangatan. Kenduri, tausiah, zikir, hingga doa bersama menjadi perekat ukhuwah di setiap gampong. Di Kayee Jatoe, acara ditutup dengan doa penuh harap: agar masyarakat hidup dalam kesejahteraan, Aceh tetap dalam keberkahan, dan bangsa Indonesia senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT. []