Vladivostok – Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar, memaparkan peluang investasi Aceh di ajang bergengsi Eastern Economic Forum (EEF) ke-10 yang digelar di Vladivostok, Federasi Rusia, 3–6 September 2025.
Dalam sesi bertajuk “The Greater Eurasian Partnership: New Paradigms for the Continent’s Development” pada Kamis (4/9), Wali Nanggroe menekankan posisi strategis Aceh sebagai pintu gerbang barat Indonesia yang menghubungkan Samudra Hindia dengan Asia-Pasifik.
“Sejak berabad-abad lalu, Aceh menjadi persimpangan peradaban global. Kini Aceh menawarkan potensi besar untuk kerja sama internasional,” ujarnya.
Di hadapan delegasi dari lebih 70 negara, Malik Mahmud menyoroti lima sektor unggulan Aceh:
– Pertanian, dengan Kopi Arabika Gayo berstandar dunia, serta kakao, sawit, kelapa, padi, buah, dan rempah tropis.
– Peternakan dan perikanan, dengan padang penggembalaan luas dan garis pantai 1.600 km yang kaya tuna, udang, serta rumput laut.
– Lingkungan hidup, khususnya ekosistem Leuser yang menjadi rumah gajah, harimau, orangutan, dan badak Sumatra, menawarkan peluang konservasi dan ekowisata.
– Energi dan sumber daya alam, meliputi cadangan minyak-gas serta energi terbarukan seperti hidro, panas bumi, dan surya.
– Pariwisata dan budaya, dengan panorama pantai, gunung, terumbu karang, serta warisan budaya seperti Tari Saman dan kuliner khas mi serta kopi Aceh.
“Dikenal sebagai Serambi Mekah, Aceh memadukan keindahan alam, tradisi Islam yang hidup, dan budaya yang kaya,” tambahnya.
Malik Mahmud juga menyinggung pengalaman Aceh keluar dari konflik menuju perdamaian berkelanjutan sejak perjanjian damai dua dekade lalu. “Kini Aceh merengkuh perdamaian, memperkuat tata kelola demokratis, dan membuka pintu kerja sama global,” ungkapnya.
Wali Nanggroe hadir bersama Staf Khusus Dr. Muhammad Raviq, Khatibul Wali Abdullah Hasbullah, serta pejabat struktural Ema Yanti. Kehadirannya mendapat apresiasi dari forum yang selama ini mendorong integrasi ekonomi Eurasia dan investasi di Timur Jauh Rusia.