Berita  

Tenaga Medis Dibekali Kesiapsiagaan Tangani Cedera Olahraga

Peserta pelatihan foto bersama

DONYAPOST, Banda Aceh – Sebanyak 30 tenaga medis mengikuti pelatihan penanganan darurat olahraga yang digelar Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI) Provinsi Aceh, Jumat (15/8/2025).

Kegiatan ini bertujuan memperkuat kesiapsiagaan sekaligus membekali peserta agar mampu menentukan secara cepat apakah cedera dapat ditangani di lapangan atau perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan.

Ketua Umum PPKORI Aceh, Dr. Teuku Ona Arief, Sp.N, menegaskan bahwa ketepatan langkah awal penanganan sangat krusial.

“Penanganan yang tepat di awal kejadian sangat menentukan, baik dari segi kesehatan penderita maupun keputusan dalam pertandingan,” ujarnya.

Pelatihan menghadirkan dr. Hafifah Rahma, Sp.EM, Spesialis Kedokteran Emergency RSUDZA-FK USK, sebagai pemateri utama.

Ia memaparkan metode praktis yang bisa diterapkan di arena pertandingan, termasuk teknik triase cepat, stabilisasi kondisi atlet, hingga mekanisme rujukan darurat.

Menurut Hafifah, tenaga medis olahraga tidak hanya dituntut menguasai keterampilan klinis, tetapi juga kecepatan analisis.

“Kadang waktu yang kita punya hanya hitungan detik. Salah ambil keputusan bisa memperburuk kondisi atlet. Karena itu, latihan simulasi seperti ini sangat penting,” katanya.

Para peserta berasal dari unsur Pengurus PPKORI Aceh, Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Dispora Aceh, Akademi Fisioterapi Harapan Bangsa, serta Akademi Fisioterapi Muhammadiyah Banda Aceh.

Selama pelatihan, mereka menjalani sesi teori, diskusi kasus, dan praktik langsung. PPKORI Aceh menilai, kesiapan tenaga medis akan menjadi kunci peningkatan kualitas penyelenggaraan olahraga di daerah.

“Atlet harus merasa aman ketika bertanding. Dengan kesiapsiagaan medis yang baik, kepercayaan diri mereka juga meningkat,” tambah Teuku Ona. “Kegiatan ini juga berkat dukungan KONI Aceh.”

Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum mempererat kolaborasi antar lembaga kesehatan dan olahraga di Aceh dalam mencetak atlet berprestasi yang terlindungi secara medis.