Haikal Lolos Beasiswa MEXT untuk Studi Doktoral Seismologi di Jepang

Muhammad Haikal Gunarya

DONYAPOST, Banda Aceh — Muhammad Haikal Gunarya, alumni Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (USK), kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional.

Ia berhasil meraih beasiswa bergengsi dari Pemerintah Jepang, yaitu MEXT (Monbukagakusho), untuk melanjutkan studi magister dan doktoral dalam bidang seismologi melalui jalur rekomendasi antar universitas (University to University/U to U).

Haikal saat ini tercatat sebagai salah satu dari hanya empat mahasiswa internasional yang diterima di departemennya, menandakan ketatnya seleksi dalam program ini yang berdurasi lima tahun.

“Perjalanan saya ke sini bukan sesuatu yang instan. Saya sempat ditolak enam program beasiswa sebelum akhirnya diterima di MEXT. Tapi saya percaya, Allah akan mengabulkan impian kita di waktu yang paling tepat, ketika kita benar-benar siap menerimanya,” ujar Haikal, Jumat (4/7/2025).

Ketertarikannya terhadap sistem vulkanik dan seismologi mengantarkannya pada kolaborasi akademik dengan Prof. Junichi Nakajima, seorang peneliti terkemuka di Jepang yang kini menjadi pembimbing akademiknya.

Setibanya di Tokyo, Haikal mengalami banyak penyesuaian, namun satu momen yang paling membekas di hatinya adalah saat mendengar lagu “Tanah Airku” diputar menjelang keluar dari pesawat.

“Momen itu membuat saya sadar bahwa keberangkatan ini bukan sekadar studi, tapi membawa amanah besar sebagai anak bangsa,” kenangnya.

Tak sekadar menimba ilmu, Haikal aktif dalam seminar laboratorium mingguan (zemi), menjadi asisten peneliti, dan tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Science Tokyo.

Ia juga menjalin jejaring kolaborasi antara institusi riset Jepang dengan TDMRC Universitas Syiah Kuala, tempat ia sebelumnya berkontribusi dalam mitigasi bencana geologi.

Ia menyebut, salah satu pelajaran berharga dari Jepang adalah nilai-nilai kedisiplinan dan keteraturan.

“Hal-hal sederhana seperti antre rapi, ketepatan waktu, dan menjaga kebersihan mencerminkan kesadaran sosial yang tinggi. Saya ingin nilai-nilai ini juga tumbuh di masyarakat kita,” ujarnya.

Ke depan, Haikal berencana menempuh studi postdoktoral selama dua tahun sebelum mengembangkan karier akademik di tingkat global. Meski belum memiliki rencana pulang ke Indonesia dalam waktu dekat, semangat kontribusinya terhadap tanah air tetap tinggi.

“Nasionalisme bukan soal di mana kita berada, tapi seberapa besar kita berdampak. Dengan jaringan global yang kita bangun, kita bisa menjadi penghubung antara Indonesia dan dunia dalam banyak hal—mulai dari riset, teknologi, hingga transfer ilmu pengetahuan,” pungkasnya. []