DONYAPOST, Banda Aceh — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Irwansyah ST, menegaskan pentingnya pemberlakuan jam malam bagi pelajar SMP dan SMA sebagai langkah preventif menyikapi maraknya perilaku menyimpang remaja di ibu kota provinsi Aceh tersebut.
Hal itu disampaikan Irwansyah dalam pertemuannya bersama Pengurus Ikatan Mahasiswa Banda Aceh (IKAMBA) di ruang kerjanya, Selasa (24/6/2025). Dalam kesempatan itu, Ketua DPRK mendapat dukungan dari IKAMBA atas wacana kebijakan tersebut.
“Apa urgensinya anak SMP berada di luar rumah di atas pukul 11 malam? Tugas bisa dikerjakan sore hari. Malam adalah waktu bagi mereka untuk istirahat, bukan berkeliaran tanpa pengawasan,” tegas Irwansyah.
Menurutnya, dalam satu bulan terakhir, ia menerima laporan terkait dua kasus memprihatinkan yang melibatkan remaja. Pertama, seorang siswi SMP dilaporkan tidak pulang ke rumah selama tiga malam karena tinggal bersama sekelompok remaja laki-laki. Kasus lainnya melibatkan sejumlah pelajar SMP yang melakukan pencurian uang dalam jumlah besar untuk berfoya-foya.
“Kondisi ini tidak bisa dibiarkan. Satu perbuatan maksiat akan membuka pintu bagi maksiat lainnya. Tanpa pengawasan, mereka rentan terhadap penyimpangan sosial,” tambahnya.
Irwansyah berharap wacana jam malam tidak disalahartikan sebagai bentuk pembatasan semata, melainkan sebagai upaya menyelamatkan generasi muda Banda Aceh dari jerat kenakalan remaja, narkoba, dan pengaruh negatif lainnya.
“Ini soal masa depan anak-anak kita. Jika tidak ada tindakan sejak dini, kita sedang membiarkan mereka tumbuh tanpa arah dan kontrol,” ujarnya.
IKAMBA Setuju
Sementara itu, Ketua Umum IKAMBA, M. Geubry Al Fattah Budian atau yang akrab disapa Ryal, menyatakan dukungan penuh terhadap wacana jam malam, khususnya untuk pelajar SMP dan SMA.
“Kami sepakat, pelajar tidak perlu berada di luar rumah lewat jam 11 malam. Tapi kebijakan ini sebaiknya tidak diterapkan bagi mahasiswa,” ujarnya.
Ia menjelaskan, mahasiswa memiliki dinamika berbeda, apalagi mayoritas tinggal di indekos dan sering terlibat dalam kegiatan kampus hingga malam hari.
“Banyak mahasiswa keluar malam karena urusan kuliah atau keperluan harian, seperti mencari makan. Jadi, tidak bisa disamakan dengan pelajar,” kata Ryal.
Ia juga menyampaikan kesiapan IKAMBA untuk terus berkontribusi dalam pembangunan Banda Aceh, termasuk dalam menyikapi persoalan remaja kota.