DONYAPOST, Banda Aceh — Mahasiswa pecinta alam dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gainpala UIN Ar-Raniry mendesak pemerintah dan pemangku kepentingan untuk segera mengambil langkah konkret dalam melindungi Rawa Tripa, salah satu ekosistem gambut tropis penting di Aceh yang kini berada di ambang kepunahan.
Seruan ini disampaikan dalam seminar lingkungan bertajuk “Gambut Bicara, Satwa Bersuara: Apa Kabar Gambut Aceh?” yang digelar pada Senin (2/6/2025) di Ruang Teater LP2M UIN Ar-Raniry, bertepatan dengan peringatan Hari Gambut Sedunia.
Rawa Tripa yang masuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) disebut menghadapi krisis akibat alih fungsi lahan, lemahnya penegakan hukum, dan minimnya kebijakan perlindungan yang efektif.
“Rawa Tripa adalah surga gambut yang kini berada di ujung tanduk. Saatnya kita berhenti menjadi penonton. Gunakan media sosial, bangun jejaring, dan bergerak untuk menyelamatkan gambut,” tegas Rubama dari Yayasan HAkA saat memaparkan materi.
Seminar tersebut menghadirkan sejumlah aktivis lingkungan, di antaranya Rubama (HAkA), Rahmad Syukur (Direktur Apel Green Aceh), dan Afifuddin Acal (WALHI Aceh). Acara diikuti sekitar 60 peserta dari kalangan mahasiswa, komunitas pecinta alam, dan masyarakat umum dari Banda Aceh dan Aceh Besar.
Rahmad Syukur mengungkapkan data terbaru soal penyusutan dramatis di kawasan Rawa Tripa. Luas keseluruhan ekosistem gambut ini mencapai 61.803 hektare, namun tutupan hutannya terus menurun: dari 6.874 hektare (2022) menjadi hanya 6.428 hektare (2024).
“Rata-rata 20 hektare hutan hilang setiap tahun. Ini bukan hanya soal hilangnya pepohonan, tapi ancaman langsung terhadap keanekaragaman hayati dan keseimbangan iklim global,” ujar Rahmad.
Sementara itu, Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Islam, Dr. Mawardi, yang hadir mewakili Wakil Rektor III UIN Ar-Raniry, menegaskan bahwa pelestarian lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab keagamaan.
“Islam tidak membenarkan eksploitasi berlebihan atas bumi. Merusak lingkungan berarti mengingkari amanah sebagai khalifah di muka bumi,” jelasnya.
Ketua UKM Gainpala, Raihan, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab ini kepada aktivis.
“Alih fungsi lahan, kebakaran, dan kekeringan adalah ancaman bersama. Pelestarian gambut adalah tugas semua, bukan hanya para pecinta alam,” ucapnya.
Kerusakan ekosistem gambut tak hanya mengancam habitat satwa endemik, tetapi juga memperburuk krisis iklim global. Tanpa perlindungan dan reboisasi serius, kawasan seperti Rawa Tripa terancam lenyap dari peta Aceh — dan dari sejarah lingkungan Indonesia.[]