Oleh: Dedek Le Meuchen
Minum teh mungkin terdengar seperti kegiatan harian biasa, tetapi di berbagai belahan dunia, teh adalah ritual, budaya, bahkan ekspresi jiwa. Setiap negara memiliki cara unik dalam menyeduh, menyajikan, dan menikmati teh.
Setelah membahas keindahan cangkir *Windsor* dalam artikel sebelumnya, kini mari kita menyelami tradisi teh dari berbagai penjuru dunia yang memikat.
Jepang: Kesunyian dalam Setiap Seruput
Di Jepang, upacara minum teh disebut chanoyu. Lebih dari sekadar minum teh, ini adalah ritual spiritual yang mendalam, terinspirasi dari ajaran Zen. Teh yang digunakan adalah matcha, diseduh dalam chawan (cangkir buatan tangan dari tanah liat).
Filosofi di baliknya adalah wabi-sabi, menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan, dan menciptakan momen hening yang penuh makna. Setiap gerakan dilakukan dengan penuh perhatian dan kesadaran, menjadikan teh sebagai meditasi.
Inggris: Afternoon Tea dan Gaya Elegan
Di Inggris, teh bukan hanya minuman, tetapi simbol status dan keanggunan. Afternoon tea menjadi tradisi sejak abad ke-19, disajikan pada sore hari dengan cangkir porselen halus dan ditemani kudapan seperti scone, kue, serta sandwich kecil.
Ritual ini bukan hanya soal rasa, tapi juga suasana. Duduk santai, berbincang ringan, sambil menikmati teh Earl Grey atau English Breakfast, sebuah bentuk penghormatan terhadap waktu luang dan keakraban.
Turki: Teh Tulip dan Kehangatan Sosial
Di Turki, çay adalah bagian dari identitas nasional. Teh disajikan dalam gelas bening berbentuk tulip, mencerminkan keindahan dan keramahan. Teh hitam pekat diseduh dalam çaydanlık, poci dua tingkat yang unik.
Teh Turki biasanya disajikan tanpa susu, tapi bisa sangat manis. Menolak tawaran secangkir çay dianggap kurang sopan, karena di balik setiap seduhan, ada niat baik dan penerimaan.
Maroko: Tiga Gelas dan Tiga Filosofi
Teh mint Maroko lebih dari sekadar minuman, melainkan pernyataan budaya. Daun mint segar dicampur teh hijau dan gula, lalu dituangkan dari ketinggian untuk menghasilkan busa.
Tradisi menyajikan tiga gelas memiliki makna filosofis:
1. Pahit seperti hidup
2. Manis seperti cinta
3. Lembut seperti kematian
Minum teh di Maroko adalah simbol penyambutan, pengikatan persahabatan, dan penghormatan.
Tiongkok: Seni dalam Setiap Penyeduhan
Di negeri asal teh, Tiongkok, ritual minum teh dikenal sebagai gongfu tea ceremony. Ini adalah bentuk seni di mana teh diseduh dengan presisi tinggi untuk menghasilkan rasa terbaik.
Teh oolong, pu-erh, atau hijau disajikan dalam cangkir mungil seperti gaiwan atau cangkir zisha dari tanah liat Yixing. Ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang energi (chi), suasana hati, dan koneksi dengan alam.
Teh sebagai Cermin Budaya
Tradisi teh di berbagai budaya memperlihatkan betapa dalamnya makna di balik secangkir minuman sederhana. Dari keheningan Jepang hingga kehangatan Turki, teh telah menjadi simbol dari sesuatu yang lebih besar: penghargaan terhadap momen, kerendahan hati, dan kebersamaan.
Dan jika cangkir Windsor adalah gambaran keindahan tersembunyi, maka teh di dalamnya adalah jiwa yang menyatukan kita—melintasi bahasa, batas, dan waktu.
Tradisi minum teh di berbagai belahan dunia mengajarkan kita bahwa teh bukan sekadar minuman. Ia adalah medium yang menyatukan orang, memperlambat waktu, dan menghadirkan momen kontemplatif.
Dari Jepang yang hening, hingga Turki yang akrab dan hangat—semuanya memperlihatkan bagaimana sebuah cangkir teh bisa mencerminkan budaya dan jiwa suatu bangsa.