DONYAPOST, Banda Aceh – Cuaca panas ekstrem yang melanda Aceh dalam beberapa pekan terakhir tak hanya mengganggu aktivitas harian masyarakat, tetapi juga berpotensi memicu kekambuhan sejumlah penyakit saraf, salah satunya Miastenia Gravis (MG).
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK USK), dr. Nona Suci Rahayu, Sp.N, menjelaskan bahwa Miastenia Gravis adalah penyakit autoimun yang menyerang sambungan antara saraf dan otot, sehingga menyebabkan kelemahan otot yang tidak normal.
“Gejalanya bisa berupa kesulitan berbicara, menelan, kelopak mata turun (ptosis), atau kelemahan pada otot tubuh bagian atas. Sayangnya, banyak orang mengira ini hanya akibat kelelahan biasa, kurang tidur, atau stres karena cuaca,” jelas dr. Nona, Rabu (14/5/2025).
Ia mengungkapkan, peningkatan suhu tubuh akibat cuaca panas dapat memperparah gejala Miastenia Gravis. Karena itu, penting untuk mengenali gejala awal yang sering diabaikan, seperti kelopak mata turun secara tiba-tiba atau perubahan suara menjadi cadel.
“Gejala tersebut bisa menjadi sinyal awal adanya gangguan neuromuskular yang serius. Dengan diagnosis tepat, pasien bisa diberikan obat seperti Mestinon yang membantu memperbaiki transmisi saraf dan memperkuat otot,” terangnya.
Jika tidak ditangani, Miastenia Gravis dapat berkembang menjadi kondisi darurat yang dikenal sebagai myasthenic crisis, yakni kegagalan pernapasan yang memerlukan penanganan intensif.
dr. Nona pun mengimbau masyarakat agar tidak menganggap enteng kelelahan yang disertai gejala neurologis.
“Jika Anda atau anggota keluarga mengalami tanda-tanda seperti ptosis atau kesulitan berbicara yang muncul tiba-tiba, segera konsultasikan ke dokter saraf. Jangan tunggu hingga gejalanya memburuk,” tegasnya.
FK USK terus berkomitmen meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap berbagai penyakit saraf, termasuk yang gejalanya sering tertukar dengan kondisi ringan. Edukasi medis yang akurat dinilai menjadi langkah penting dalam mencegah komplikasi jangka panjang.