DONYAPOST —- Di Banda Aceh, tempat makan yang menyajikan ayam geprek dan ayam penyet seolah ada di setiap sudut kota. Tapi ketika kita bicara soal bebek goreng—yang digoreng garing dengan bumbu meresap dan sambal yang meledak di lidah—pilihannya tak banyak.
Nah, di sinilah Duckter hadir, membawa kesegaran di tengah keramaian kuliner yang seragam. Di tengah pilihan yang terbatas, satu nama muncul mencuri perhatian: Duckter, sebuah warung kuliner sederhana namun berani tampil beda di kawasan Pango Raya.
Nama Duckter terdengar seperti kata “dokter”, dan itu bukan kebetulan. Sang owner, Fauzan Rizal, memang sengaja memplesetkan kata “dokter” menjadi “duckter”—menggabungkan kata “duck” (bebek) dengan sentuhan jenaka khas dunia medis.
“Kalau dokter spesialis menangani penyakit, maka saya spesialis menangani bebek goreng,” begitu kira-kira pesan yang ingin disampaikan lewat papan nama unik bertuliskan Duckter – Spesialis Bebek Goreng.
Kalau dokter di dunia medis umumnya punya gelar Sp.M, Sp.OG atau Sp.A, maka Fauzan bisa dibilang Sp.Bg—Spesialis Bebek Goreng. Maka Duckter pun hadir dengan semangat yang sama: menyembuhkan rasa lapar dengan resep jitu berbahan dasar bebek.
Menu utama di Duckter adalah bebek goreng yang dimasak hingga bagian luarnya garing, tapi tetap empuk dan juicy di dalam. Namun bukan hanya teknik memasaknya yang istimewa, melainkan juga sambalnya yang menjadi kunci kenikmatan.
Ada tiga jenis sambal yang bisa dipilih: sambal hitam: pekat, gurih, pedasnya mantap—cocok untuk penggemar rasa kuat. Sambal kuning: cerah menyengat dengan cita rasa segar khas rempah. Sambal terasi: aroma khas yang menggoda, menyatu pas dengan nasi hangat dan bebek goreng.
Kalau kamu bukan pecinta bebek, jangan khawatir. Duckter juga menyediakan ayam goreng dan telur dadar krispi yang tak kalah lezatnya. Semua menu disajikan lengkap dengan nasi. Soal harga tenang saja. Sangat bersahabat untuk rasa yang bikin nagih.
Pengalaman Kuliner yang Bersahaja, Tapi Mengena
Devi Yanti, salah satu pelanggan yang datang sore hari memilih ayam goreng dengan ketiga jenis sambal. Setelah menunggu sekitar 10 menit, ia membawa pulang pesanannya dan menyantapnya usai Magrib.
“Ayamnya renyah banget, sambalnya beda-beda karakternya, tapi semuanya enak. Sambal hitamnya tuh, nempel banget di lidah,” ujarnya puas.
Gerai Duckter memang menyediakan pesanan take away, meski pun begitu, pelanggan juga bisa menikmati makanannya langsung di lokasi yang bersahaja dan bersih.
Dari luar, aromanya saja sudah menggoda siapa pun yang lewat. Di antara kendaraan yang lalu-lalang di jalan utama Pango Raya, Duckter menjadi semacam “klinik kuliner” yang menyembuhkan rasa lapar lewat racikan rasa dan bumbu yang tak biasa.
Bukan Sekadar Warung
Yang membuat Duckter menonjol bukan hanya rasa makanannya, tapi juga identitasnya yang kuat. Branding yang kreatif, ditambah rasa yang tulus dan khas, menjadikan Duckter lebih dari sekadar tempat makan. Ia adalah cerita tentang keberanian tampil beda di tengah seragamnya selera.
Bagi pecinta masakan berbumbu kuat dan lauk goreng yang digarap sepenuh hati, Duckter layak masuk daftar kunjungan kulinermu berikutnya. Tapi hati-hati—sekali coba, kamu bisa ketagihan. Karena rasa bebek di Duckter bukan cuma menggugah selera, tapi juga, kata anak zaman sekarang, “bikin susah move on.”
📍 Duckter – Spesialis Bebek Goreng
Jl. Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Kec. Ulee Kareng, Banda Aceh
⏰ Buka setiap hari, sore hingga malam