Sekolah Lansia Muda Sebaya: Tempat Nenek Kakek Belajar di Hari Tua

Wakil Wali kota Banda Aceh Afdhal Khalilullah disamping Keuchik Lampulo Alta Zaini, NL.P

DONYAPOST, Banda Aceh — Pagi itu, suasana Gampong Lampulo, Kota Banda Aceh tampak berbeda dari biasanya. Di satu sudut balai gampong, beberapa lansia duduk rapi dengan senyum penuh semangat. Mereka bukan sedang menunggu pengobatan gratis, apalagi sekadar santunan sosial. Mereka sedang memulai sesuatu yang baru: menjadi murid di Sekolah Lansia “Muda Sebaya”.

Sekolah ini bukan sekolah biasa. Di sinilah para kakek dan nenek diajak kembali belajar, berlatih, berolahraga dan bahkan bercita-cita. Rabu (16/4/2025), sekolah ini diresmikan oleh Wakil Wali Kota Banda Aceh, Afdhal Khalilullah, di hadapan para tokoh masyarakat, pejabat kota, hingga Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim.

Dalam peresmian itu, Afdhal menyematkan secara simbolis tanda peserta kepada dua murid lansia. Momen itu sederhana, namun sarat makna: bahwa belajar tak mengenal usia, dan setiap fase kehidupan layak dihargai dengan kesempatan.

“Sekolah ini adalah ruang untuk para lansia tetap aktif, sehat, dan merasa dibutuhkan,” ujar Afdhal.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam merawat semangat hidup para warga usia lanjut. Menurutnya, Sekolah Lansia ini adalah perwujudan nyata dari visi Banda Aceh Kolaborasi.

Lebih dari sekadar tempat berkegiatan, Sekolah Muda Sebaya juga menjadi wadah memperkuat koneksi sosial, memperdalam spiritualitas lewat pengajian, hingga memperbarui keterampilan seperti wirausaha dan edukasi kesehatan.

Data dari Pemko menyebutkan, Banda Aceh kini dihuni oleh lebih dari 21 ribu jiwa warga lansia—sekitar 8 persen dari total populasi kota. Angka ini, menurut Afdhal, menjadi sinyal penting untuk hadirnya kebijakan yang menyentuh langsung kehidupan mereka.

Kepala BKKBN Aceh, Safrina Salim, mengungkap, program Sekolah Lansia ini berlandaskan pada UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Dengan mengusung konsep lifelong education, program ini bertujuan membentuk lansia yang SMART—Sehat, Mandiri, Aktif, Produktif, dan Bermartabat.

“Kita ingin para lansia tetap tangguh, dari sisi spiritual, emosional, fisik, hingga sosial. Mereka bukan beban, melainkan aset sosial yang perlu terus diberdayakan,” ujarnya.

Bagi Keuchik Gampong Lampulo Alta Zaini, NL.P. Hadirnya sekolah ini adalah kebanggaan tersendiri. Ia menyebut program ini sebagai terobosan luar biasa yang membuktikan bahwa Gampong Lampulo tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia.

Dia turut menyampaikan apresiasi kepada BKKBN dan Pemko Banda Aceh atas kolaborasi yang telah dilakukan.  Alta juga tak menyangka antusiasme warga begitu tinggi. Dari 60 pendaftar, hanya 25 yang bisa diterima pada gelombang pertama karena keterbatasan anggaran.

Bila mengaju pada bank data di gampong, kata Alta, ada sedikitnya 410 orang lansia. “Semuanya belum bisa tercover tahun ini. Sebab terbatas anggarannya. Kita pakai dana anggaran pendapatan gampong (APBG),” sebut dia.

“Tapi kami nggak berhenti di sini. Ke depan, akan ada pelatihan usaha seperti bikin keumamah dan abon ikan, juga kegiatan outdoor dan wisata lansia,” katanya dengan penuh semangat.

Dia juga mendesak, agar program Sekolah Lansia ini tidak hanya berlangsung musim. Tapi, bisa berkelanjutan. Khusus Lampulo sendiri, Alta sudah merancang agenda wisuda seperti lazimnya mahasiswa kepada para lulusan Muda Sebaya.

“Selesai 12 kali pertemuan, kami akan wisuda mereka. Pakai baju toga layaknya mahasiswa wisuda. Ini untuk membuat mereka menjadi lebih bahagia,” ujar Alta

Sekolah Lansia “Muda Sebaya” kini menjadi bagian dari 11 sekolah lansia yang telah berdiri di Banda Aceh. Tapi bagi para lansia di Lampulo, ini bukan sekadar angka—ini adalah lembaran baru dalam hidup mereka.

Di usia yang senja, mereka kembali mengejar harapan. Dan di ruang kelas yang baru ini, mereka percaya: semangat belajar tak pernah pensiun. Meski umur sudah mulai uzur. [RM]