Indeks
Kampus  

Melfa Shintya, Lulusan Perdana Ilmu Hadist di UIN Ar-Raniry

Dekan FUF UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Salman Abdul Muthalib menyerahkan sertifikat kepada Melfa Shintya | Foto Humas UIN

DONYAPOST, Banda Aceh — Melfa Shintya, mahasiswi Program Studi Ilmu Hadist Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, mencatatkan sejarah sebagai lulusan perdana dari prodi yang masih terbilang baru tersebut. Ia meraih gelar sarjana dengan predikat cumlaude, mengantongi IPK 3.76.

Prestasi ini bukan sekadar capaian akademik biasa, melainkan hasil dari perjuangan panjang dan penuh liku. Di awal masa kuliahnya, Melfa sempat dirundung keraguan—baik dari orang sekitar maupun dari dirinya sendiri—karena dianggap salah jurusan.

Namun, alih-alih menyerah, ia memilih untuk bertahan dan membuktikan bahwa keputusan tersebut tidak keliru. “Tak ada istilah salah jurusan,” kata dia saat bincang-bincang dengan media, baru-baru ini.

Putri sulung dari pasangan Suwarno Arjuanto (43) dan Misni (41) ini tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai pendidikan, meski kondisi ekonomi tak selalu mendukung.

“Kami tidak bisa memberikan warisan harta, tapi pendidikan anak-anak tetap kami usahakan, meskipun harus jungkir balik,” ujar sang ayah suatu ketika—sebuah pesan yang selalu menjadi penyemangat bagi Melfa.

Melfa bersama keluarga | Foto Ist

Perjalanan akademiknya ditopang oleh ketekunan, kedisiplinan, dan semangat juang yang tak kenal lelah. Ia juga sempat dua tahun di pondok pesantran di Jawa Barat sebelum melanjutkan studi ke Banda Aceh.

Sebuah perjalanan yang penuh perjuangan. Ia memulai kuliah dengan tantangan besar di masa-masa awal. Awalnya dianggap salah jurusan oleh banyak orang, bahkan oleh dirinya sendiri. Mungkin termasuk keluarga.

Namun, meski ada keraguan, Melfa tidak menyerah. Ia terus berjuang dan berusaha dengan penuh semangat. Perjalanan akademiknya penuh dengan kerja keras, ketekunan, dan disiplin yang akhirnya membuahkan hasil manis di akhir studi.

Orang tuanya, yang selalu mendukung Melfa meskipun dengan keterbatasan. Selama menempuh kuliah, Melfa punya kegiatan sampingan yang berguna menopang sisi finansial. Ia menjadi guru privat mengaji dan juga bahasa Inggris.

Semangat dari orang tua yang selalu mendahulukan pendidikan, meski dalam kondisi ekonomi yang tak mudah, menjadi salah satu pendorong utama keberhasilan studi gadis yang pernah bercita-cita menjadi polisi wanita ini.

Makanya, ia mengungkapkan rasa syukurnya, tidak hanya kepada keluarganya yang selalu memberikan dukungan penuh, tetapi juga kepada dosen dan teman-temannya yang telah menemani perjalanan akademisnya.

“Ini adalah kebanggaan untuk keluarga saya, dan saya ingin membuktikan bahwa dengan usaha dan doa, semua hal yang dianggap sulit bisa dicapai,” kata gadis ayu kelahiran 9 Oktober 2001 ini.

Foto bersama petinggi fakultas

Kini, dengan bekal ilmu dan semangat yang dimilikinya, Melfa siap melangkah ke jenjang karier yang lebih tinggi. Dia juga sedang mengambil ancang-ancang untuk pendidikan magister. Meski waktunya belum bisa dipastikan.

Syukur-syukur bila kisah pendidikan Melfa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya. Terutama bagi mereka yang merasa ragu atau terhalang oleh kondisi tertentu. Dan ini menjadi bukti nyata bahwa keuletan dan semangat pantang menyerah akan selalu membuahkan hasil yang luar biasa.

“Jangan pernah merasa cukup dalam menuntut ilmu. Konsistenlah dengan apa yang kita kerjakan,” ungkap wanita asal Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya ini memberi petuah.

Kita berharap, kisahnya menjadi inspirasi, terutama bagi mahasiswa lain yang tengah bergelut dengan keraguan atau keterbatasan. Bahwa kerja keras dan pantang menyerah, selalu punya jalan menuju keberhasilan. Selamat Melfa.

Exit mobile version