Rektor UIN Ar-Raniry Bahas Filosofi Ramadhan di Masjid Raya

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr Mujiburrahman MAg menjadi penceramah Salat Tarawih Ramadan 1446 H di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Kamis (6/5/2025).

DONYAPOST, Banda Aceh — Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr Mujiburrahman MAg menjadi penceramah Salat Tarawih Ramadan 1446 H di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Kamis (6/3/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Mujiburrahman membahas tentang filosofi ramadhan mubarak. Menurutnya, puasa di bulan Ramadhan tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan sarana pengejawantahan ketauhidan dan keimanan seorang Muslim.

“Ramadhan adalah bulan di mana setiap mukmin diuji keimanan dan ketakwaannya. Ibadah puasa menjadi bukti pengukuhan keislaman seseorang,” ujar Prof Mujiburrahman.

Guru besar dalam bidang Ilmu Pemikiran Pendidikan Islam ini menjelaskan bahwa puasa hanya diwajibkan bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 183.

Filosofi ini, menurutnya, menegaskan pentingnya fondasi keimanan yang kuat agar setiap mukmin dapat melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan sempurna.

“Jangan mengaku sebagai orang yang beriman kalau tidak berpuasa pada bulan suci Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan,” tegasnya.

Menurutnya, didasari pada pondasi keimanan kepada Allah yang kokoh, para mukmin akan mampu melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan dengan baik dan sempurna, sehingga ia mampu memetik hasilnya (pahala puasa dengan sempurna pula).

Dalam kaitan ini, Para ulama sering memberi perumpamaan bahwa bulan Ra’jab merupakan bulan menanam berbagai jenis tanaman (padi, sayuran, dll), bulan sya’ban adalah bulan merawat dan menyiramnya, dan bulan Ramadhan adalah bulan memetik atau memanennya.

Prof Mujiburrahman juga mengingatkan agar tidak gagal panen atau ibadah puasa kita diterima dan mendapat pahala disisi Allah Swt maka kita harus memperhatikan tiga hal yang memeiliki keterkaitan erat dalam ibadah puasa ramadha, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Ketiga aspek ini akan menetukan apakah ibadah kita akan diterima atau sebalikanya tidak diterima oleh Allah Swt.

“Puasa bukan sekadar ritual fisik, tetapi harus disertai dengan keikhlasan niat, ilmu yang benar, dan etika sosial yang baik,” tambahnya.

Dari sisi akidah, ia menekankan agar setiap Muslim menjauhi sikap syirik dan riya, karena hal tersebut dapat menggugurkan pahala puasa. Sementara dari sisi syariah, puasa harus dilaksanakan sesuai tuntunan Rasulullah SAW agar diterima oleh Allah SWT.

“Adapun dari dimensi akhlak, puasa tidak akan membawa manfaat jika perilaku sehari-hari masih dipenuhi dengan kebohongan, menggunjing, atau memandang lawan jenis dengan syahwat,” jelasnya.

Melalui ceramahnya, Prof Mujiburrahman berharap masyarakat dapat memanfaatkan momentum Ramadhan ini untuk meningkatkan kualitas iman dan amal ibadah, serta memperbaiki hubungan sosial dengan sesama. [ ]