Indeks

Politisi Nasdem Minta Pemerintah Awasi dan Atur Penjualan Gas LPG 3Kg

Abdul Rafur, Anggota DPRK Banda Aceh

DONYAPOST, Banda Aceh — Keluhan masyarakat Banda Aceh yang mengaku kesulitan mendapatkan gas LPG 3 kg di pangkalan resmi di sejumlah gampong sudah diterima anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Abdul Rafur.

Menerima keluhan menjelang Ramadhan 1445H ini Rafur merasa cukup prihatin. Kendati gas bersubsidi ini mudah ditemukan di kios-kios kelontong, namun harga jualnya tinggi, mencapai Rp 35.000 per tabung. Harga ini hampir dua kali lipat dari harga yang ditetapkan di pangkalan resmi.

“Gas yang dijual oleh pengecer di kios-kios itu lebih mahal hampir dua kali lipat. Ini jelas-jelas sangat mencekik leher masyarakat,” ujar Rafur kepada media, Senin (17/2/2025).

Ia menyebutkan, meskipun pemerintah memberikan izin kepada pengecer untuk menjual gas 3 kg dengan kategori sub pangkalan, kenyataannya banyak yang menjualnya dengan harga jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), yang seharusnya sebesar Rp 18.000 per tabung di pangkalan resmi.

Mereka Kios-kios ini juga bukanlah sub pangkalan gas resmi dari pemerintah. Fenomena ini diduga terjadi akibat adanya permainan antara pangkalan dan agen liar.

Beberapa agen liar itu dikabarkan membeli gas dari pangkalan nakal dengan harga Rp 22.000-25000 per tabung, kemudian menjualnya kembali ke kios dengan harga sekitar Rp 30.000.

Kios-kios tersebut lalu menjual gas kepada konsumen dengan harga yang lebih tinggi, mencapai Rp 35.000. Selain itu, praktik curang juga terjadi dalam pembagian kuota distribusi gas LPG 3 kg.

Pangkalan diduga lebih banyak menjual gas ke pengecer, mencapai 70 persen dari kuota yang diterima demi mendapatkan keuntungan lebih, sementara sisanya 30 persen yang dijual ke masyarakat.

Padahal, pangkalan tersebut semestinya mendistribusikan gas melon berdasarkan permintaan masyarakat yang telah terdaftar.

Karena itu, Abdul Ghafur meminta pemerintah untuk lebih mengawasi distribusi gas LPG 3 kg, agar penyalurannya tepat sasaran dan harga jual di kios-kios dapat dikendalikan.

Ia menegaskan pemerintah perlu mengambil tindakan untuk mencegah kerugian lebih lanjut bagi masyarakat, khususnya menjelang bulan Ramadhan yang diprediksi akan meningkatkan kebutuhan gas LPG.

Banyak pelaku UMKM, khususnya ibu-ibu rumah tangga, yang mengandalkan gas melon ini untuk usaha kuliner yang hanya berlangsung saat bulan Ramadhan.

Mereka sangat bergantung pada harga yang wajar agar dapat bertahan menjalankan usaha mereka. Abdul Rafur menegaskan, ini bukan hanya soal keberlanjutan usaha kecil, tetapi juga tentang keberlanjutan ekonomi keluarga dan masyarakat pada umumnya.

“Bulan Ramadhan adalah kesempatan bagi banyak ibu-ibu di Banda Aceh, terutama yang berjualan makanan,takjil buka puasa untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

“Jadi, mohon kepada pemerintah untuk benar-benar mengawal penyaluran gas LPG 3 kg, baik di pangkalan maupun harga jual di pengecer. Jangan sampai masyarakat terbebani dengan harga yang terus melonjak,” ujar Rafur.

Ia menambahkan, pemerintah harus mengambil langkah tegas untuk memastikan gas subsidi ini sampai ke tangan yang membutuhkan dengan harga yang terjangkau, bukan malah menjadi komoditas yang semakin jauh dari jangkauan masyarakat kecil. [dp]

 

Exit mobile version