Indeks

Anggota DPRK Proteksi Muda-mudi Banda Aceh dari Valentine Day

Hj Efiaty Z, A.Md

DONYAPOST, Banda Aceh — Politisi Partai Nasionbal Demokrat (Nasdem) Kota Banda Aceh yang juga anggota DPRK Banda Aceh, Hj Efiaty Z, A.Md generasi muda agar tidak ikut-ikutan dengan budaya asing. Salah satunya adalah Valentine Day yang diperingati setiap 14 Februari.

Untuk itulah, Hj Efiaty mengajak muda-mudi Kota Banda Aceh untuk tidak merayakan valentine day yang disebut juga hari kasih sayang ini. “Ini bukan budaya kita orang Timur. Apalagi kita yang beradi di Aceh sebagai muslim,” katanya menjawab donyapost.com, Kamis (13/2/2025).

Efiaty menjelaskan, Islam telah mengajarkan umatnya akan pentingnya kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup, termasuk terhadap hewan dan lingkungan.

“Semoga saja anak-anak muda kita tidak salah kaprah dalam menyikapi valentine day atau hari kasih sayang. Kita berharap orang tua di rumah mengedukasi putra-putrinya,” ujarnya.

Karena itu, anggota tim Badan Anggaran DPRK Banda Aceh mengingatkan muda-mudi Aceh agar tidak mudah terpengaruh dengan budaya Barat.  “Sebagai muslim tentu kita harus taat pada ajaran Islam. Apalagi saat ini bertepatan dengan peringatan Nisfu Syaban.”

Makanya, ia mengajak generasi muda Aceh, khususnya di Banda Aceh untuk berlomba-lomba untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang penuh manfaat.

Pada sisi lain, Hj Efiaty juga mengingatkan Pemerintah Kota Banda Aceh, khususnya Satpol PP/WH untuk mengawasi tempat-tempat keramaian untuk mengantisipasi adanya perayaan valentine day.

Jika ada kegiatan yang menjurus ke hal-hal tersebut bahkan ke yang lebih negatif, ia meminta instansi terkait untuk turun tangan.

Untuk diketahui, sejarah Valentine Day yang sebenarnya menyimpan cerita kompleks dan penuh makna. Perayaan yang penuh kasih sayang dan cinta ini sering diwarnai dengan berbagai momen spesial.

Mengutip situs vinpearl.com, pada abad ke-14 dan ke-15, Hari Valentine mulai dikaitkan dengan kisah cinta dan pertukaran surat, yang pertama kali ditulis oleh Charles, Duke of Orleans, kepada istrinya pada 1415 saat ia dipenjara di Menara London.

Perayaan Valentine Day sebenarnya masih mengandung sisa-sisa tradisi Kristen dan Romawi Kuno.

Valentine diyakini merujuk pada seorang martir bernama Santo Valentine, seorang imam dan uskup dari Terni. Pada masa itu, Kaisar Romawi Claudius II mengeluarkan larangan terhadap pernikahan muda, khususnya bagi tentara dan pegawai kekaisaran.
Namun, Santo Valentine menentang kebijakan tersebut dan tetap melakukan pernikahan secara diam-diam untuk pasangan muda. Ketika tindakannya terungkap, ia pun ditangkap, dipenjara, dan dieksekusi pada tanggal 14 Februari.
Exit mobile version