Indeks

Puisi L K Ara: Ode untuk Cut Nyak Dhien

LK Ara, penyair senior | Foto via lintas gayo

Wahai pahlawan dalam sunyi malam,
menari di atas darah bumi,
namamu tak lekang oleh waktu,
mengalir seperti doa di sungai suci.

Di tengah badai yang menggulung,
kau tegak bagai pohon melawan gelombang,
setiap langkahmu ayat perlawanan,
setiap napasmu zikir yang menggema.

Dari tanah Aceh yang berselimut doa,
ke ranah Gayo yang menyimpan rindu,
kau taburkan benih perjuangan,
menumbuhkan jiwa-jiwa tak kenal lelah.

Cek Ibrahim gugur di medan perang,
tapi nyalimu tak pernah mati,
di antara desing peluru dan asap mesiu,
kau ajarkan cinta yang tak tertaklukkan.

Bersama Umar, kau berpura-pura menyerah,
tapi hatimu tetap membara,
seperti api yang membakar dusta,
dan di ujung pedang, kau temukan cahaya.

Dibuang ke tanah asing tak menggoyahkanmu,
lebih baik terasing daripada tunduk,
lebih baik sengsara daripada menyerah,
sebab kehormatan tak bisa dijual.

Namun takdir memisahkan ragamu dari tanah,
pengkhianatan datang dalam sunyi,
tapi namamu terus berkumandang,
di setiap helaan napas, dalam tiap doa.

Kini, di layar lebar dan syair puisi,
wajahmu hidup, tak tergantikan,
seperti cahaya yang tak pernah padam,
abadi mengilhami langkah bangsa.

*O Cut Nyak Dhien, pahlawan sejati,*
namamu doa yang tak henti-henti,
zikirmu mengalir dalam darah negeri,
perjuanganmu tak akan terhapus.

Banda Aceh, 2024

Exit mobile version