Indeks

Ibnoe Arhas, Seniman Aceh Era 80-an Sudah Berpulang

DONYAPOST, Banda Aceh — Seniman dan aktor Aceh era 80-an Tgk H Ibnoe Arhas menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 72 tahun. Penyanyi legendaris Aceh ini meninggal Kamis (9/5/2024) di kediamannya Pante Riek, Lueng Bata Banda Aceh.

Kabar duka tersebut langsung menyebar cepat. Innalillahiwainnailaihi Rajiun. Menjalani sisa hidupnya, almarhum menghabiskan waktu sebagai pendakwah. Ia bersama Ketua MAA Banda Aceh Tgk Ameer Hamzah, acap tampil di acara-acara keagamaan.

Aceh kehilangan tokoh besar dalam bidang kesenian dan dakwah. Dalam sebuah wawancara dengan mrbaceh.com, pada 1 September 2023, mengatakan dirinya sejak kelas 5 sekolah dasar sudah berani tampil di podium bersama adik kandungnya, menyanyikan qasidah pada acara-acara dakwah (tabligh).

“Jiwa seni saya tumbuh sejak kecil, turun dari kakek saya yang terkenal sebagai pimpinan zikir maulid,” pria kelahiran 30 September 1952 di Desa Paya Kecamatan Trenggadeng, kini masuk wilayah administratif Pidie Jaya,

Ibnoe Arhas muda pernah hijrah ke Jakarta karena bercita-cita ingin menjadi bintang film. Ia merantau sampai ke ibukota Jakarta bertemu bintang film ternama seperti Ratno Timor, Hendra Cipta dan lain-lain.

“Kalau Anda mau jadi bintang film, maka harus belajar seni akting dengan masuk teater,” pesan Timor saat itu.

Namun obsesi tersebut gagal bukan karena tidak memenuhi syarat tetapi karena tidak ada dukungan orang tua. Ayahnya Tgk. Abdurrahman seorang alim dan tokoh ulama di Desa Paya Kecamatan Trenggadeng, tidak mengizinkan Ibnoe sebagai penyanyi di panggung sampai main drama/ sandiwara yang bergabung dalam sanggar Sinar Jeumpa.

Ayahnya meninggal saat Ibnoe Arhas sedang proses mencalonkan diri sebagai anggota dewan. “Beliau tidak sempat melihat saya menjadi wakil rakyat. Namun beliau sangat senang manakala mendengar pengakuan saya telah meninggalkan pentas seni,” ujar ayah 4 putra putri ini.

Di masa mudanya, Ibnoe Arhas memang sempat bergabung dengan Sinar Jeumpa selama dua tahun. Ia mengaku seni akting tanpa belajar khusus, hanya otodidak. Saat itu memang tidak ada pelatih, TV saja tidak ada kecuali panggung bioskop.

Tapi berkat semangat meniru dan belajar dari akting film layar lebar, menjadikan Ibnoe sebagai pemain utama dalam setiap drama termasuk peran Tgk. Malem Diwa dengan improvisasi dan penjiwaan penuh. Tahun 1977 mulai menulis lagu-lagu religi dan merekam suara di Robincon Record Medan.

Waktu itu Ibnoe termasuk putra Aceh yang pertama merekam lagu di luar Aceh. Dulu studio rekamam sangat terbatas berbeda dengan saat ini. Dalam lagu-lagu yang diciptakan selalu bertema dakwah, termasuk drama Kisah Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir dan lain-lain. “Saya sering jadi pemeran utama waktu itu. Jadi kita bisa berdakwah melalui seni.

Salah satunya lagu berjudul “Meurunoe Beuet” yang dinyanyikan putri bungsu saya Cut Intan (almh) yang shooting videonya di Masjid Raya Baiturrahman yang kemudian cukup terkenal. Viral dalam bahasa sekarang.

Mulai 1980 – 1982 sudah diundang sebagai penceramah hampir ke seluruh Aceh termasuk juru kampanye sebuah partai. Pada tahun 1987, dicalonkan dan terpilih sebagai anggota DPRD Pidie, dari Partai Persatuan Pembanguan (PPP).

Menikah tahun 1981 dengan Cut Rosmawar seorang qariah dan penyanyi qasidah, murid qariah nasional Nur Asiah Jamil. Dari perkawinannya dikarunia 4 putra putri. Seorang anak bungsunya Cut Intan meninggal saat tsunami melanda Aceh 26 Desember 2004.

Lalu tahun 1987 – 1992 dipromosikan untuk calon anggota DPRA, meskipun tidak berhasil, namun pada 1997 saat berusia 44 tahun dipercayakan sebagai bendahara pengurus PPP Aceh, dan sempat menjadi anggota DPRA hingga 1999 selama 2 tahun.

Lalu naik sekali lagi hingga berhenti Oktober 2004, dua bulan sebalum terjadi tsunami. “Saat itu Aceh sangat miskin, APBA hanya Rp 2,2 triliun,” bebernya.

Pria yang menghabiskan masa tuanya di Banda Aceh ini berpesan kepada generasi penerus, agar tidak beoleh meninggalkan seni. Bagaimanapun seni merupakan kekayaan masing-masing daerah.

“Namun karena Aceh berbingkai syariat Islam, kita komit untuk mendukung syariat Islam secara kaffah. Mari kita pelihara dan jaga batas-batas seni itu agar tidak menjadi benturan dengan syariat Islam,” pintanya.

Yang kedua, kepada orang muda saat ini, jangan pernah cepat puas dengan apa yang telah dicapai, tapi terus belajar untuk mengantar kita kepada sebuah kematangan cara berpikir dan mengambil kesimpulan.

Seni bisa jalan, syariat Islam tetap tegak di Aceh dan kita harus mampu menyenangkan orang lain. Yang terakhir. Di usia menjelang 7i tahun, saat ini Ibnoe Arhas sudah bergabung dalam pengurus MAA Banda Aceh. Ia memohon maaf kepada publik atas kesalahan dan kesilapan masa lalu.

Exit mobile version