DONYANEWS, Banda Aceh — Melihat kondisi aktivitas pengguna media sosial saat ini acap kali kita mendengar bahkan dibuat syok dengan perilaku dan pilihan kata yang keluar dalam setiap kolom komentar yang muncul.
Hal ini menjadi perhatian dan bencana akhlak pada generasi saat ini. Dimana media sosial harusnya mempercepat dan memberikan akses komunikasi yang lebih praktis. Cukup banyak kalangan penggunanya saat ini memanfaatkan untuk sarana medsosnya untuk hal yang unfaedah.
Jika ditelusuri lebih lanjut, Guru Besar UIN Ar-Ranirry, Prof. Syamsul Rijal menyebut, “realitas teumeunak di media sosial saat ini bisa terbilang dampak negatifnya cukup lebih besar. Contohnya dapat kita lihat dengan mudahnya melakukan ghibah, fitnah, adu domba, hingga menyebarkan permusuhan dan ujaran kebencian”, ujarnya kepada peserta KWPSI yang dihelat di Garuda Kopi, Banda Aceh itu, Rabu, (13/9/23).
Dikatakannya, teumeunak ini juga berpotensi menyebarkan berita hoax atau informasi bohong meskipun dengan tujuannya baik. Kalaupun menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai dengan tempat atau waktunya.
Selain itu, perilaku teumeunak juga bisa memicu kemarahan. Tidak jarang hinaan fisik digunakan untuk menyerang lawan. Padahal bisa jadi mereka tidak saling kenal secara pribadi, tandas Syamsul.
“Untuk itu, perlu diwaspadai fenomena teumeunak ini. Karena generasi saat ini telah terpapar oleh konten kekerasan secara berlebihan, baik lewat gawai, komunitas, dan lain-lain.”
Salah satu penyebab utama adanya bertingkah laku seperti itu menurut Syamsul, karena pengguna medsos belum memiliki kemampuan penuh untuk mengambil tindakan tepat dan dengan pertimbangan matang antara rasio dan emosi.
Dimana pengguna medsos saat ini didominasi emosi. Jadi, ketika emosi terpancing, reaksi mereka lebih emosional dan juga tidak memperhitungkan sebab dan akibatnya pada orang lain,” terang Syamsul.
Prof. Syamsul menyebut, dalam kondisi seperti ini, kita sebagai masyarakat dapat menyikapi dan merumuskan bagaimana penggunaan media sosial secara santun dan beradab. Salah satunya dengan cara bertabayyun (cek dan ricek).
Hal ini sebenarnya juga telah diatur dalam Islam tentang bagaimana etika serta tata cara menyikapi sebuah berita yang kita terima di media sosial.
Prof. Syamsul Rijal menekankan, pada prinsipnya, Islam sebagai agama yang menuntun umatnya selalu mengutamakan berbuat baik dalam setiap sisi kehidupan, serta memiliki batasan-batasan bagi umatnya dalam menggunakan media sosial secara bijak.
Islam juga tidak memiliki pandangan antimainstream dengan perkembangan teknologi. Islam mendukung dengan tetap memperhatikan etika yang mengawal moral dan akhlak pada jalur yang benar, demikian ulasannya.