Kampus  

Konsep Pendidikan Islami di Aceh Dibahas Kembali, Begini Komentar Para Guru Besar

DONYANEWS, Banda Aceh — Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh mengadakan diskusi umum bertajuk “Working Group Guru Besar #1: Membincangkan Kembali Konsep Pendidikan Islami di Aceh” di kampus setempat, Kamis (16/2/2023).

Direktur Pascasarjana, Prof. Eka Srimulyani mengatakan, diskusi ini dilaksanakan unutk membincangkan kembali konsep “Pendidikan Islami” yang telah dimulai sejak satu dekade yang lalu. “Pascasarjana memiliki tanggung jawab moral untuk mendiskusikan, meninjau kembali, mengevaluasi, ide-ide yang sudah ada agar tahu di mana kelebihannya dan kekurangannya untuk sama-sama kita perbaiki sehingga menjadi efektif ketika diimplementasikan.”

Dalam diskusi yang terselenggara sebagai bentuk implementasi Kerjasama antara Pascasarjana UIN Ar-Raniry dengan Majelis Pendidikan Aceh (MPA) tersebut hadir para guru besar dan pakar Pendidikan Agama Islam, baik dari UIN Ar-Raniry maupun dari MPA.

Hadir dalam forum ini Prof. Saifullah, Prof. Jamaluddin Idris, Prof. Muhammad, Dr. Nazamuddin, Dr. Saiful, Dr. Sofyan, Dr. Salami, Dr. Silahuddin, dan pakar pendidikan lainnya. Kegiatan Working grup guru besar ini merupakan forum pertama dari serangkaian diskusi yang sama yang akan dilakukan Pascasarjana UIN Ar-Raniry ke depan.

Prof. Syahrizal, yang selain Guru Besar di UIN Ar-Raniry juga anggota MPA mengatakan beberapa argumentasi utama MPA melahirnya konsep “Pendidikan Islami.

Tiga diantaranya adalah adanya regulasi yang kuat terkait pendidikan di Aceh, adanya qanun baru tentang kewenangan MPA di Aceh, dan diskusi yang terus berlangsung tetang apa pendidikan Islami yang memunculkan beragam interpretasi sehingga perlu penyamaan persepsi.

MPA berpendapat, dalam konteks sosial di Aceh saat ini yang paling mungkin adalah upaya transformasin nilai-nilai agama Islam ke dalam pendidikan.

Di sisi lain Prof. Warul Walidin, menekankan empat landasan dasar dalam membangun paradigma pendidikan Islami di Aceh, yakni Keislaman, Kebangsaan, KeAcehan, dan Keuniversalan.  Hal ini kemudian diiplemnetasikan ke dalam trilogi pendidikan, yakni keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

Rektor UIN Ar-Raniry 2018-2022 menegaskan diskusi tentang Pendidikan Islami ini tidak akan selesai dalam satu diskusi saja, perlu beberapa kali dengan melibatkan stake holder lain terutama yang terkait pendidikan sehingga diperoleh rumusan khusus dan disepakati yang memudahkan implementasi baik dala kebijakan maupun di lapangan.

Sementara Prof. Yusny Saby dalam sesi akir diskusi menegaskan kembali tentang peran strategis Aceh dalam pendidkkan. “Aceh memiliki sangat banyak lembaga yang mengurus pendidikan. Biro Kesra, MPA, Dinas Pendidikan, Kemenang, BAdan Dayah, termasuk kampus-kampus yang sangat banyak di Aceh.

Apa yang mereka sudah lakukan? Apa yang perlu masukan dari diskusi-diskusi kita? Hal yang sangat penting adalah menerakan semua hasil diskusi itu pada diri kita sendiri sebelum menyampaikannya pada orang lain,” pungkas Rektor UIN Ar-Raniry periode 2005-2009 tersebut.